[51] Mengetuk Pintu Langit

Ahad, 15 Sya’ban 1445/ 25 Februari 2024

 

MENGETUK PINTU LANGIT

Oleh: Ustadz H. Taryudi, Lc., M.Ag.

 

  1. Doa adalah sarana penolak bala dan penyebab datangnya rahmat.

 

قال الغزالي: فإن قيل: فما فائدة الدعاء مع أن القضاءَ لا مَرَدَّ له؟ فاعلم أن من جملة القضاء: ردّ البلاء بالدعاء، فالدعاءُ سببٌ لردّ البلاء ووجود الرحمة، كما أن الترسَ سبب لدفع السلاح، والماءُ سببٌ لخروج النبات من الأرض، فكما أن الترسَ يدفع السهمَ فيتدافعان، فكذلك الدعاءُ والبلاء، وليس من شرط الاعتراف بالقضاء أن لا يحملَ السلاح، وقد قال الله تعالى: (وَلْيَأخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأسْلِحَتَهُمْ) [النساء: ١٠٢] فقدَّرَ الله تعالى الأمرَ، وقدَّرَ سبَبه. وفيه من الفوائد ما ذكرناه، وهو حضور القلب والافتقار، وهما نهاية العبادة والمعرفة، والله أعلم.

Imam al-Ghazali berkata, apakah manfaatnya doa, sedangkan qadha (ketentuan Allah di zaman azali) tidak bisa diubah? Ketahuilah, di antara bagian dari qadha adalah tertolaknya bala dengan adanya doa. Maka, doa yang menyebabkan tertolaknya bala dan datangnya rahmat Allah. Seperti, perisai yang menjadi penyebab terlindunginya tubuh dari senjata. Air menjadi penyebab tumbuhnya tanaman dari dalam tanah. Sebagaimana perisai melindungi tubuh dari anak panah, demikian juga manfaat doa terhadap bala (musibah). Tidak benar beriman terhadap qadha’ lalu seorang prajurit tidak membawa senjata ke medan perang. Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka.” (QS an-Nisa: 102). Allah telah menetapkan takdir dan telah menetapkan sebab-sebab dari takdir tersebut. Disinilah terlihat banyaklah manfaat doa, diantaranya adalah: hudhurul qalbi (kehadiran hati) dan iftiqar (rasa sangat butuh kepada Allah). Keduanya adalah akhir (puncak) dari ibadah dan makrifat. Wallahu a’lam.

 

  1. I’tiraf (pengakuan hamba atas dosa, kesalahan dan kekurangan dirinya kepada Allah) dan ketika berada dalam situasi sulit adalah salah satu cara terkabulnya doa.

 

ومن أحسن ما جاءَ عن السلف في الدعاء، ما حُكي عن الأوزاعيّ رحمه الله تعالى قال: خرج الناسُ يستسقون، فقام فيهم بلالُ بن سعد، فحمدَ الله تعالى وأثنى عليه ثم قال: يا معشر مَن حضر: ألستم مقرِّين بالإِساءة؟ قالوا: بلى، فقال: اللَّهمّ إنّا سمعناك تقول: (ما عَلى المحْسِنِين مِنْ سَبيلٍ) [التوبة: ٩١] وقد أقررنا بالإِساءة، فهل تكون مغفرتك إلا لمثلنا؟ اللَّهمّ اغفرْ لنا وارحمنا واسقنا، فرفع يديه ورفعوا أيديهم فسُقوا. وفي معنى هذا أشدوا: أنا المُذْنبُ الخَطَّاءُ والعفوُ واسعٌ * ولو لم يكنْ ذنبٌ لما وقعَ العَفْوُ

Di antara hal-hal terbaik yang datang dari para pendahulu mengenai doa adalah apa yang diriwayatkan oleh imam al-Auza’i. Dia berkata: Orang-orang keluar rumah untuk berdoa agar hujan turun. Kemudian Bilal bin Sa’ad berdiri. Dia memuji Allah, lalu dia berkata: Wahai orang-orang yang hadir disini. Apakah kalian mengaku telah melakukan dosa (kesalahan)? Mereka berkata: Ya, tentu saja kami mengakui. Bilal berkata: Ya Allah, kami mendengar firman-Mu: “Tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik.” (QS at-Taubah: 91. Kami telah mengakui dosa kami, tidakkah kami berhak memperoleh ampunan-Mu? Allahummagfirlana warhamna wasuqna. (Ya Allah, ampunilah kami, kasihanilah kami, dan turunkanlah hujan). Bilal mengangkat kedua tangannya, dan orang-orang pun ikut mengangkat tangan, kemudian hujan pun turun dari langit. Ada bait syair tentang ini: Aku ini orang yang berlumur dosa dan kesalahan, sementara ampunan-Mu itu luas. Kalaulah bukan dosa, ampunan tidak akan pernah ada.

 

Referensi: Kitab al-Azkar karya Imam Nawawi.

Download Materi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 Majelis Ahad Sore Rindu Hidayah