[9] Falsafah Puasa

1. Puasa itu menghadirkan kebahagiaan. Orang yang berpuasa adalah orang yang bahagia.
Baginda Nabi saw telah menyampaikan hal itu dalam sabda beliau berikut ini:

Artinya: “Dua kebahagiaan yang membuat bahagia orang yang melaksanakan puasa:
bahagia ketika ia buka puasa dan bahagia oleh karena puasanya ketika ia bertemu
Tuhannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Imam Nawawi (wafat 676 H) menjelaskan makna hadis Nabi di atas. Beliau mengatakan:

Ulama berkata: Ada pun kebahagiaan orang yang puasa ketika ia bertemu Tuhannya
karena ia melihat ganjaran atas ibadah puasanya. Ia bahagia karena mengingat nikmat
Allah SWT yang diberikan kepadanya sewaktu di dunia berupa taufik untuk
melaksanakan puasa. Ada pun kebahagiaan ketika berbuka puasa, sebabnya adalah
karena ia telah menyempurnakan ibadah puasanya, puasanya utuh tidak rusak oleh
perbuatan-perbuatan yang merusaknya. Ia bahagia ketika berbuka puasa karena ia
selalu berharap akan memperoleh ganjaran pahalanya. (Kitab Syarh Sahih Muslim).

2. Puasa itu menuntun nafsu manusia untuk merasa cukup dengan yang sedikit.
Muhammad al-Ghazali, ulama kharismatik di Mesir, (wafat 1996 M) ketika membicarakan
falsafah puasa, beliau mengambil kesimpulan seperti ini:

Ketika kita puasanya benar: Dari sinilah akan datang etika (adab) dari puasa yaitu:
bahwa sesungguhnya puasa akan membawa nafsu manusia untuk merasa cukup
dengan yang sedikit. Dan, puasa itu akan mencegahnya dari sesuatu yang banyak
yang berbahaya (menyakitinya)! Inilah keadaan ketika kita berpuasa dengan benar.

Al-Ghazali melanjutkan penjelasannya sebagai berikut:

Sepertinya buah terpenting dari puasa adalah diberikannya kemampuan untuk hidup
meskipun sebenarnya masih ada yang kurang. Aku terpikir dengan keadaan Nabi saw
ketika di pagi hari beliau bertanya kepada istrinya. Apakah ada yang bisa dimakan?
Dijawab tidak ada, kemudian beliau berpuasa. Lalu Nabi saw menerima harinya seolaholah tidak pernah terjadi apa-apa. Beliau menyambut tamu-tamu yang datang dengan
wajah riang gembira. Beliau memutuskan banyak masalah. Tidak ada masalah dalam
jiwanya yang bersih, selain keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti disertai kemudahan.

 

Download Materi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 Majelis Ahad Sore Rindu Hidayah