[79] Menebar Rahmat Bukan Menebar Kebencian

Ahad, 3 Rabiul Akhir 1446/6 Oktober 2024


MENEBAR RAHMAT BUKAN MENEBAR KEBENCIAN
Oleh: H. Taryudi, Lc., M.Ag.

1. Indahnya etika Nabi saw yang menegaskan bahwa dirinya adalah manusia yang menebar
rahmat (kasih sayang), bukan menebar kebencian dan mudah melaknat orang lain. Hadis
berikut ini melukiskan keindahan pribadi Baginda Nabi,

 

 

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., seseorang meminta kepada Rasulullah. Wahai Rasulullah
doakanlah kaum Musyrik (orang-orang Mekkah) itu (agar mereka itu dilaknat)? Nabi saw
bersabda, “Sesungguhnya aku tidak diutus menjadi pelaknat (tukang laknat), tetapi aku
diutus untuk menjadi Rahmat.” (
HR Muslim).


2. Prinsip menebar rahmat (kasih sayang) tidak berarti menghilangkan prinsip lain, seperti tegas
dalam memihak kebenaran dan menolak kezaliman. Seperti ketegasan Nabi saw ketika
menyikapi tragedi Bir (sumur) Ma’unah pada bulan Safar tahun 4 Hijriah. Nabi mendoakan
kehancuran bagi suku-suku di wilayah Najd yang membantai 70 sahabat beliau. Suku-suku
tersebut mengkhianati Baginda Nabi saw. Hadis berikut ini menjelaskan tegasnya sikap Nabi
yang ber-Qunut Nazilah 30 hari berturut-turut supaya mereka ditimpa azab. Setelah itu Nabi
berhenti mendoakan mereka.

 

 

 

 

 

Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Rasulullah membaca qunut selama satu bulan
secara berturut-turut, di salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh, di akhir setiap salat.
Ketika beliau mengucapkan,
sami’allahu liman hamidahu, di rakaat akhir, beliau mendoakan
suku-suku Arab, antara lain Bani Sulaim, Ri’l, Dzakwan dan ‘Ushayyah. Diaminkan oleh
sahabat yang salat di belakangnya. Nabi tidak lagi mendoakan suku-suku itu setelah turun
firman Allah:
Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad), QS Ali Imran: 128. (HR Abu Dawud).


3. Untuk menjadi manusia yang menebar rahmat, tentu banyak upaya yang bisa dilakukan.
Misalnya dengan meneladani akhlak Baginda Nabi. Atau, sering membaca doa Ma’tsur ini:

 

 

 

 

Download Materi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 Majelis Ahad Sore Rindu Hidayah