[75] Menata Dinamika Hati

Ahad, 4 Rabiul Awal 1446/ 8 September 2024

 

MENATA DINAMIKA HATI

Oleh: Ustadz H. Taryudi, Lc., M.Ag.

 

  1. Dinamika hati perlu ditata untuk selalu dalam kebaikan. Kalau tidak diarahkan kepada kebaikan, hati bisa melenceng kepada keburukan. Oleh karena itu, Nabi mengajarkan kita banyak-banyak membaca doa berikut ini,

عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ : قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ مَا أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ : كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ :

Terjemahannya: Dari Syahr bin Hausyab, ia bertanya kepada Ummu Salamah r.a. “Wahai Ummul Mukminin, apa doa yang banyak dibaca Rasulullah saw ketika Beliau bersamamu?” Ummu Salamah menjawab, “Doa yang banyak Beliau baca:

(( يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي دِيْنِكَ )).

Ya Muqallibal qulubi tsabbit qalbi ‘ala dinika.

“Wahai Yang Mahamembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.” (HR at-Tirmidzi).

 

  1. Sebab, Allah-lah Zat pemilik hati manusia.

Nabi saw bersabda sebagai berikut,

((يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ ))

Terjemahannya: Nabi saw bersabda, “Wahai Ummu Salamah! Tidaklah ada seorang anak Adam melainkan hatinya terletak di antara dua jari dari jari-jemari Allah, siapa yang Dia kehendaki lurus, maka Dia akan meluruskannya, dan siapa yang dia kehendaki akan menyimpang, maka dia akan menyimpangkannya.” (HR at-Tirmidzi).

 

  1. Hadis Nabi ini tidak lantas membuat manusia bersikap pasrah, tidak melakukan apa pun. Dengan alasan, bahwa segalanya telah Allah takdirkan. Baik buruknya manusia sudah ditentukan dalam takdir-Nya. Sikap pasrah seperti itu tidaklah tepat. Sebab, manusia diberi keinginan (iradah dan masyi’ah) untuk memilih dengan akalnya dan upayanya mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian, kebaikan dan hidayah harus diusahakan. Menjadi orang baik itu harus diperjuangkan! Manusia bertanggungjawab atas apa yang dia pilih di dunia. Imam Nawawi menjelaskan makna hadis Nabi di atas:

(وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيْثِ النَّهْيُ عَنْ تَرْكِ الْعَمَلِ وَالْاِتِّكَالِ عَلَى مَا سَبَقَ بِهِ الْقَدَرُ، بَلْ تَجِبُ الْأَعْمَالَ وَالتَّكَالِيْفَ الَّتِيْ وَرَدَ الشَّرْعُ بِهَا، وَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ لَا يُقْدَرُ عَلَى غَيْرِهِ)

Terjemahannya: Hadis-hadis tersebut menunjukkan larangan meninggalkan amal dan hanya bersandar pada apa yang telah ditakdirkan. Justru, hadis tersebut mewajibkan manusia untuk beramal dan melaksanakan apa yang diwajibkan syariat. Setiap orang dimudahkan atas apa yang diciptakannya, dan orang lain tidak bisa melakukan itu. []

 

Download Materi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2024 Majelis Ahad Sore Rindu Hidayah